Babu....
Kasihan sekali rindu.
Tak hanya sekali atau dua kali.
Muncul dalam tiap bait hati yang menjerit.
Menjadi kambing hitam manusia-manusia bebal.
Memanglah, hati lebih suka jadi babu rindu,
Timbang adakan temu.
Bersama hembusan angin di antara bara lingkaran lilin.
Bercakap, saling menatap.
Menghanyutkan yang dibilang bedebah rindu itu dengan penggalan-penggalan
cerita,
Selama waktu tak jumpa.
Memang tak selamanya begitu.
Tapi, bincang hangatnya yang akan selalu tenggelam.
Dalam hari lawas, jauh dan gelap yang pasti tetap terkenang.
Begitulah, tak hanya singgah lalu pergi, walau kepala kita sampai beruban.
Komentar
Posting Komentar