Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Mardatilla

Sering ku terjaga tiap malam, sering ku terjaga tiap malam...... selalu terbayang, selalu terkenang, setiap malam...... Pikiranku terbang..... di antara bintang, pikiranku terbang..... di antara bintang, jauh menerawang, ke alam khayalan, mungkinkah kujumpa, dia yang kucinta, Oh Mardatilla........ Tak sesuatu pun, yang aku dambakan, tak sesuatu pun, yang aku dambakan, dan tak seorang pun, yang aku rindukan, melebihi dia.....melebihi dia..... Oh Mardatilla ....... Sering ku terjaga tiap malam...... Created by: RI -Mardatilla-

.jpg

Menatap layar ponsel, pesan.......... bukanlah yang aku lihat, sebuah galeri ilegal, selundupan wajahmu yang kusimpan diam-diam. Maaf aku payah, hanya bisa melihat gambar dan merindu diam-diam. 19 Juli 2020

Lupa

Lupa, ingin kulakukan, pada hari yang berlalu, Hujan yang selalu kembali, dan masjid-masjid yang berbinar menjelang malam, Semuanya memberi firasat, dan melontarkan pertanyaan, tentangnya, keadaannya, perasaan hatinya saat ini, Selalu menjadi bayang-bayang. "Sendiri memanglah tidak baik," malam berkata padaku menjelang tidur, Lihat mimpi-mimpiku........... Terkadang menghadirkan sedikit bayangnya, bunga-bunga tidur tercium seperti wanginya, Mata mengingat kuat senyumannya, Bisakah sejenak atau seterusnya, semua ini pergi, Rasa tak pernah berhenti merangkai doa, "Ada yang lebih penting untuk dimasukkan pada doa-doa," Seperti, sebuah ketenangan tanpa kehadirannya, 02/06/2020

Waktu

Tanpanya, hidup dan waktu tetap berjalan hanya terasa makin hampa 02/06/2020

Puisi Rangga di film AADC 1 (Ada Apa Dengan Cinta)

Gambar
Dari berbagai puisi yang pernah saya baca, puisi yang benar-benar nempel dan terngiang-ngiang pikiran saya cuma satu, puisinya mas Rangga (Nicholas Saputra) di film AADC 1. Film ini pernah "booming" di Indonesia pada awal tahun 2000-an, tapi saya baru nonton pas tahun 2016-an. Maklum, saat itu mungkin saya masih bocah bau kencur yang cuma doyan nonton Spongebob, hehehe. Saya nonton film ini karena ingat perkataan salah satu guru saya yang bilang kalo film ini merupakan film "penggebrak" dunia perfilman Indonesia yang saat itu katanya lesu. Setelah saya menonton film ini, saya tertarik dengan puisi. But, ada sesuatu yang sangat menarik, yaitu dua main character- nya yang menurut saya unik. Aa Rangga yang suka baca puisi dan mbak Cinta (Dian Sastro) yang suka puisi juga. Dan tidak seperti mostly boy di dunia, si cowok ini menggunakan puisi untuk mengutarakan kesepian yang dia rasakan. Coba saja baca bait pertama puisinya, bayangkan hanya berlari-lari ke pantai dan...

Dara

......jangan kau bersedih, Hari ini kau lelah, Kesedihan-kesedihan dunia, Derunya mewarnai mendung ragu wajahmu. Malaikat telah memberi senyummu dengan keindahan, Mungkin itu yang telah diwariskan ibu Hawa, Untuk apa terus kau sembunyikan dan kau simpan, Lemparkan tawamu, untukku, untuk kita, untuk yang telah memberimu keindahan, Ku tahu kau lelah, Pilu menyentuh hatimu, hari ini, di hari gelap yang semestinya cerah, Setelah kerumunan yang membuatmu lupa, Tenangkan lelahmu pada bunga-bunga selimut malam, Tertidurlah lelap, biarkan mereka seperti seharusnya, berbicara sesukanya, Cukup sisakan untuk kita, ruang untuk menyatu, Sekali lagi, jangan bersedih, Jangan lelah, dan kuatkan langkah kakimu, Jadilah seperti dulu, kau yang melayangkan mimpi-mimpi ke atas, Kau adalah wanita kuat, memberi sulut kata padaku, di waktu pertama kita diberi temu 26 Januari 2020

Suara Kepalaku

Suara yang mengaum di kepala, Di tengah malam, yang gelap, pekat, dan hitam, Sehitam vinyl yang kuputar, Menemaniku berbicara untuk sekian malam yang datang, Membisik, berkata, berusaha meyakinkan hati, “Di sana kawan, ada yang menantimu,menghargai kekosonganmu selama ini,” Ahh....... menurutku ia hanyalah hati yang sedang patah lama ta tersentuh kasih, Teraniaya oleh dinginnya sepi-sepi malam, Suara yang berkata di kepala, Lisan-lisan yang berbahasa, Tulisan dengan sebuah aksara sunyi, “Apa yang membuatmu menunggu ?” Ku jawab dengan diam, Sebab itulah bahasanya, Melewati jam demi jam karena mata yang terbuka, Dan esok, seterusnya, akan menjadi rangkaian cerita yang sempurna, Dengan sepenggal cerita ini, pada suara dalam kepalaku, 28 Jan 2020

Berjalan

Walau habis cahaya di tanganmu, Tapi jalan tidaklah tertutup, Tetaplah melangkah dihimpitan bayangan gelap, Tak apa tertatih, perlahan akan sampai, Menangislah jika perlu, Jika jalan buntu yang kau temu, Air mata memang diciptakan jatuh jika ia bersedih, Diikuti hati yang berteriak akan semua lara, Meski harus merasakan dinginnya perjalanan, Angin muson pasti akan selalu menemanimu, Meniupkan lagu dan membunyikan lonceng untukmu, Untuk sekadar menghiburmu, Aku, hanya akan memberimu api yang lama kunyalakan untukmu, Dan buku ceritaku tentangmu, yang bisa kau baca saat menjelang lelap, Yang bisa kau baca tiap kau rindu, karena kita tak bisa kembali, Terlalu jauh, lebih baik melangkah ke depan, pada jalan kita, Ku kan tenang, dan kau kan melangkah ke sana, 3 Februari 2020

Sujud

Hamba akan berdoa, bersujud, menangis, dan menengadah pada langit, Tapi tolong, hamba tidak kuat jatuh dalam kesendirian, 6 Februari 2020